BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari
pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup.
Konsep karir mencakup rentang waktu yang
lebih panjang daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir
menjangkau aktivitas pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan.
Bimbingan karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang
ada di sekolah-sekolah dan juga suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan
terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat
mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa
depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan
mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebu adalah paling tepat sesuai
dengan keadaan dirinya. Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat
developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung
seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang daripada
pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivitas
pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan.
Di era globalisasi seperti saat ini bimbingan karir sangatlah
diperlukan bagi semua orang khususnya bagi para peserta didik. Contohnya,
sering kali para siswa kebingungan dalam
memilih suatu jurusan di SMA, penyebabnya tidak lain karena ia tidak
paham betul dengan minat dan potensi yang ia miliki. Selain itu faktor
lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan
karir. Misalnya, seorang siswa sering merasa dirinya salah dalam memilih suatu
jurusan. Hal tersebut disebabkan karena ia ikut – ikutan sama teman- temannya
dalam memilih jurusan dan juga bisa karena dorongan dari orang tuanya. Untuk
mengetahui bagaimana karir itu terjadi dan bagaimana karir itu berkembang maka
diperlukanlah pemahaman terhadap teori karir. Salah satu teor tentang karir
adalah Teori perkembangan Karir
Ginzberg. Berdasarkan asumsi terhadap masalah tersebut, jelaslah sudah bahwa
bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi semua orang agar tidak kebingungan. dalam
mengambil keputusan karir. Untuk itulah kami membahas salah satu teori perkembangan
karir dari Ginzberg ini, karena kami anggap teori ini sangatlah penting dalam
perkembangan karir seseorang.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana konsep pokok teori perkembangan
karir Ginzberg ?
1.2.2
Bagiamana proses pemilihan karir menurut teori
perkembangan karir Ginzberg ?
1.2.3
Apa saja unsur – unsur teori perkembangan
karir Ginzberg ?
1.2.4 Apa saja implikasi
teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Mengetahui konsep-konsep pokok teori
perkembanagan karir Ginzberg.
1.3.2
Mengetahui proses pemilihan karir
terjadi menurut teori perkembangan karir Ginzberg.
1.3.3
Mengetahui unsur-unsur teori
perkembangan karir Ginzberg.
1.3.4
Mengetahui implikasi teori
perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Teori Ginzberg
Teori perkembanagn karir (development career choice theory) Ginzberg merupakan hasil kerjasama suatu tim
yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan karir.
Kelompok ini terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg
yang seorang psikiater, S. Axelrad yang seorang sosiolog, dan J. Herma yang
merupakan seorang psikolog. E. Ginzberg, S. Ginzburg, S. Axelrad, dan J. Herma
memulai penelitian pada tahun 1951 dengan maksud mengembangkan suatu konsepsi
tentang pilihan jabatan sebagai bagian dari suatu studi tentang dunia kerja.
Kelompok ini memandang masalah pilihan jabatan dari sudut perkembangan orang
muda. Menurut pandangan kelompok Ginzberg ini pilihan jabatan tidak hanya
terjadi sekali saja, melainkan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi
jangka waktu antara enam sampai lima belas tahun. Teori perkembangan karir
(development career choice theory) dari Eli Ginzberg et. al. yang mengatakan
bahwa anak dan remaja melewati tiga tahap pemilihan karir: fantasi, tentative dan relistis (Ginzberg, 1972 ; Ginzberg dkk., 1951).
Saat ditanya “mau jadi apa kalau sudah besar”, anak kecil mungkin menjawab
“dokter” “pahlawan”, “guru”, “bintang film”, “bintang olahraga” atau sejumlah
pekerjaan lainnya. Pada saat masih kecil, masa depan terkesan dapat memberikan
jutaan kesempatan. Ginzberg berargumentasi bahwa hingga usia 11 tahun seorang
anak masih dalam tahap fantasi dari pemilihan karir.
Dari umur 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam
tahap tentative dari perkembangan karir, sebuah transisi dari tahap pengambilan
keputusan realistis dari masa dewasa
muda. Ginzberg percaya bahwa kemajuan remaja terlihat mulai dari mengevaluasi
minat mereka (11 hingga 12 tahun) lalu mengevaluasi kemampuan mereka (13 hingga
14 tahun) sampai mengevaluasi nilai mereka (15 hingga 16 tahun). Pemikiran
berubah dari yang kurang subyektif hingga pemilihan karir yang lebih realistis pada usia 17 dan 18 tahun.
Ginzberg menyebut usia 17 dan 18 tahun hingga awal 20-an sebagai tahap
realistis dalam pemilihan karir. Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al.
menginvestigasi secara empirik sejumlah sampel yang memiliki kebebasan memilih
suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri dari laki-laki yang berasal dari kelas
menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik,
yang tingkat pendidikanya, daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau
Katolik, yang tingkat pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga
pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi
hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara
spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka
yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan
pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum
tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel
yang disebutkan.
Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan
okupasional merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun
waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun
dan berakhir sesudah usia 18 atau awal masa dewasa. Pengambilan keputusan karir
berlangsung melalui tiga periode, yaitu fantasi, tentatif, dan realistik. Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam
membangun teorinya didasari atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas
perkembangan yang dilalui manusia. Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan
atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu: proses (bahwa
pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses);
irreversibilitas (bahwa pilihan
pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik);
kompromi (bahwa pilihan pekerjaan
itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang terlibat yaitu minat,
kemampuan, dan nilai) dan
optimisasi yang merupakan
penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja).
2.2 Proses Pemilihan
Karir
Menurut
Ginzberg, Ginzburg, Axelrad, dan Herna
(1951), perkembangan dalam pemilihan pekerjaan mencakup tiga tahapan utama
yaitu fantasy, tentatif, dan realistik. Dua tahap daripadanya, yaitu
masa tentatif dan
realistik masing-masing dibagi lagi menjadi beberaa tahap. Masa tentatif
meliputi empat tahap yaitu minat,
kapasitas, nilai, dan transisi. Sedangkan masa realistik
terdiri dari tahap eksplorasi,
kristalisasi, dan spesifikasi.
Pembahasan lebih lengkap mengenai masa-masa pemilihan pekerjaan
diuraikan di bawah ini.
a.Masa fantasy
Masa ini berlangsung pada
individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12 tahun (masa sekolah
dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan
atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional
dan objektif) mengenai kenyataan yang
ada dan hanya berdasarkan pada kesan dan khayalan belaka.
Menurut Ginzberg, kegiatan
bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan
merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran
okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai
dalam dunia kerja. Atau dengan kata lain selama periode fantasi, kegiatan
bermain secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi
awal untuk jenis aktivitas tertentu.
Umpamanya anak umur lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya
atau menjadi dokter karena dokter itu bermobil mewah dan penghasilannya besar
dari praktek swasta. Anak seperti ini percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja
dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang-orang yang bekerja
atau keadaan lingkungan
.b.Masa
tentatif
Pada masa tentatif, pilihan karir anak mengalami perkembangan.
Mula-mula pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan,
dan minat saja tanpa pertimbangan apapun sedangkan faktor-faktor lainnya tidak
dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka anak mulai memikirkan dan bertanya kepada
dirinya sendiri apakah dia memliki kemampuan (kapasitas) melakukan pekerjaan
yang dia inginkan, dan apakah pekerjaan itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya,
waktu anak bertambah besar anak. Masa
tentatif berlangsung mencakup
anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah
di SMP dan SMA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan seseorang
mengalami perkembangan.
Masa ini oleh Ginzberg
diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari:
·
Tahap
minat terjadi pada usia 11-12 tahun.
Individu membuat keputusan yang lebih definitif tentang suka atau
tidak suka. Individu cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai
minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karier pun juga didasari atas kesenangan,
ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan
tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi
perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada
dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan.
Keadaan ini disebut sebagai tahap kapasitas.
·
Tahap
kapasitas yaitu individu menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang
terkait dengan aspirasi vokasional.
Tahap
ini berlangsung antara pada usia 13-14 tahun
yakni masa dimana individu mulai
melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing.
Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan
kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya.
·
Tahap
nilai yaitu masa terbentuknya persepsi
yang lebih jelas tentang gaya-gaya okupasional.
Tahap
ini berlangsung pada usia 15-16 tahun yaitu tahap dimana minat dan kapasitas
itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari
bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan,
baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang
bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula
yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan
·
Tahap
transisi berlangsung pada usia 17-18 tahun.
Pada usia ini individu menyadari keputusannya tentang pilihan karir
serta tanggung jawab yang menyertai karir tersebut. Individu akan memadukan
orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan
nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga
dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan
minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang
menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola
karier yang dipilih.
c. Masa realistik
Pada
tahap relistik anak melakukan eksplorasi dengan memberikan
penilaian atas pengalaman-pengalaman
kerjanya dala kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa
memasuki lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Masa ini mencakup
anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa
ini, okupasi terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih
realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu
terhadap pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan
terstruktur dalam frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk
memilih jenis pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan
arah tentatif mereka (spesifikasi)
.
Masa ini pun
dibedakan menjadi tiga tahap yaitu :
·
Tahap
eksplorasi
Yakni tahap dimana individu akan melakukan
eksplorasi (menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada masa tentatif akhir
dan belum berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan
pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya.
Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk
bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi. Tahap ini berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahap ini,
individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi
pada umumnya masih belum menentu.
·
Tahap
kristalisasi
Yakni
tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun
yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada
tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor
internal dan eksternal dirinya untuk
sampai pada spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut
memaksa pengambilan keputusan itu. Tahap kristalisasi terjadi saat komitmen
pada satu bidang karir tertentu sudah terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu
disebut “pseudo-crystallization”.
·
Tahap
spesifikasi
Yaitu
tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap ini, semua segmen
dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas, dan nilai,
sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan
(kompromi) yang matang (determinasi tugas-tugas perkembangan yang optimal)
dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang. Tahap spesifikasi
terjadi bila individu sudah memilih suatu pekerjaan atau pelatihan profesi
untuk karir tertentu.
Kelompok
Ginzberg mengakui adanya variasi individual dalam proses pembuatan keputusan
karir. Pola individual perkembangan karir yang tidak sesuai dengan sebayanya
disebut “menyimpang”. Terdapat dua penyebab utama penyimpangan itu, yaitu:
a. Keterampilan okupasional yang sudah
berkembang dengan baik secara dini sering menghasilkan pola karir yang dini
pula yang menyimpang dari perkembangan
normal.
b. Timing untuk tahap perkembangan realistis itu
mungkin secara signifikan lebih lambat datangnya sebagai akibat dari
variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, berbagai masalah
pribadi, dan kekayaan.
2.3 . Unsur-Unsur Teori Ginzberg
Perkembangan
karir terikat pada tiga unsur, yaitu
proses, irreversibilitas, dan kompromi (Gibson dan Mitchell, 1995). Dari
unsur proses yang berpendapat bahwa pilihan terhadap pekerjaan itu merupakan
suatu proses, sedangkan unsur irreversibilitas merujuk pada pernyataan bahwa
pilihan pekerjaan itu tidak dapat diubah, dibatalkan, atau dibalikkan. Sedang
kompromi menyatakan bahwa pilihan pekerjaan merupakan kompromi dari
faktor-faktor yang ada, antara
kepentingan subyek dengan kepentingan nilai, minat, dan kemampuan. Setelah direvisi pada tahun 1970, proses yang
semula berakhir pada awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian
dirumuskan bahwa tidak demikian halnya tetapi berlangsung terus menerus.
Mengenai irreversibilitas, adanya
pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan.
Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20
tahun mempengaruhi kariernya.
Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan
pekerjaannya. Konsep kompromi juga mengalami revisi sebagai hasil temuan-temuan
riset. Konsep dasar tentang kompromi tetap, yaitu bahwa dalam pemilihan
pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan peristiwa sekali saja.
Konsep optimalisasi yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap
orang berusaha mencari kecocokan yang paling baik antara minatnya yang terus
mengalami perubahan,tujuan-tujuannya, dan keadaan yang juga terus berubah.
Kompromi bersifat dinamis dam berlangsung seumur hidup.
2.4. Implikasi Teori Ginzberg dalam Bimbingan Konseling
Berdasarkan
atas teori yang dikemukakan oleh Ginzberg, hendaknya dapat dijadikan acuan oleh
guru pembimbing dalam memfasilitasi perkembangan siswa di sekolah. Bersumber
pada pengorganisasian bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem yang
memberikan pelayanan bimbingan karier kepada para peserta didik maka implikasi teori ini dapat berupa, antara
lain:
a.
Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih memungkinkan
siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola karier yang dapat
mereka pilih setelah menyelesaikan pendidikannya. Layanan seperti ini juga
ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal secara seksama arah minat dan
kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga sampai pada
kemampuan untuk merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang.
Informasi karier seperti ini oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan
informasi jenis-jenis pekerjaan dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk
lain materi layanan informasi karier yang juga
dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan berbagai sumber
informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media bimbingan, dan
penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239).
b. Pengenalan
terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang
dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya
mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional dan
atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan pilihan
karier tersebut.
c.Aplikasi
konseling karier dengan pola pendekatan konseling behavioral yang muatannya
berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai mengenai individu, keterampilan
yang dimilikinya, minat, keinginan, dan nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah
kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat membantu individu dalam mencapai
kecocokan dan kepuasakerja. Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang
diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan
karier yang telah diambil individu dan
membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastian antara dua pilihan yang
sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan dasar pengujian
pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu dengan cara
melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.
d.
Perkembangan karier merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses
perkembangan orang muda dan pilihan yang menyangkut jabatan di masa depan dan
berlangsung selaras dengan perkembangan karier. Kalau proses perkembangan orang
muda tidak berjalan sebagaimana mestinya, laju perkembangan karier juga tidak
akan berjalan lancar dan banyak pilihan karier akan menunjukkan kekurangan yang
berat. Karena itu, bimbingan karier harus direncanakan dan dikelola dengan
maksud menunjang perkembangan karier orang muda, sesuai dengan tahap
perkembangan diberbagai jenjang pendidikan disekolah. Secara ideal, bimbingan
diberikan sebagai bagian integral dari pendidikan karier atau pendidikan
jabatan (career education).
e. Konseling karier yang
berlangsung dalam pertemuan pribadi antar konselor dan konseli dan kerap
terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi dan/ atau pilihan
jabatan, akan berlangsung lebih lancar bilamana orang muda telah disiapkan
melaui bimbingan karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat harus dibuat
suatu pilihan diantara beberapa alternatif. Persiapan ini meliputi aneka topik
bimbingan kelompok seperti pemahaman diri, pengolahan informasi pendidikan
(educational information), pengolahan informasi tentang dunia kerja (vocational
information), pengolahan informasi pendidikan dan pekerjaan dalam keterpaduan
satu sama lain (career information), pendalaman nilai-nilai kehidupan (values)
yang terkandung dalam bidang kehidupan bekerja dan memegang jabatan, serta cara
yang tepat dalam mengambil suatu keputusan dengan memilih diantar berbagai
alternatif (decision making skills).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan
materi yang sudah penulis sampaikan,dapat kami simpulkan bahwa teori perkembangan karir Ginzberg menyatakan
pilihan karir tidak hanya terjadi sekali saja melainkan mengalami suatu
proses perkembangan yang meliputi jangka waktu tertentu. Sehingga
pilihan-pilihan yang dibuat awal proses perkembangan vokasional berpengaruh terhadap pilihan selanjutnya,
dengan demikian suatu keputusan yang diambil dapat ditinjau kembali. Dalam
pemilihan karir terdapat tiga tahapan
utama yaitu fantasy, tentatif, dan
realistik. Kekuatan teori ini adalah dengan melewati fase seorang individu
secara berangsur-angsur dalam jabatan, dan sifatnya yang masih sementara sampai orang dewasa
dapat membuat pilihan jabatan untuk mendapatkan karirnya. Kelemahannya terletak
pada keterkaitan individu pada fase yang dilalui.
DAFTAR PUSTAKA
Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat
Konseling Karir dan Problemtik Konseling. Singaraja: Jurusan Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Munandir. 1996.
Program Bimbingan Karir di Sekolah.
Jakarata : Departemen






0 komentar:
Posting Komentar
semua kata - kata yang ditulis, adalah refleksi dari dirimu sendiri.....