Lampion 20 Mei 2014

Kenangan saat itu,lampion harapan kami kelas XII IPS 1 :)

Ulang tahun ke 19

Terima kasih untuk kejutannya teman - teman

Curug Benowo

Our trip, menikmati keindahan alam ciptaan-Nya (G4).

GSG UNNES

Eksis setelah penat dengan kuliah.

PPA FIP 2014

Kebersamaan kelompok 22 SUGRIWA, Bombastis

Jumat, 03 Juli 2015

Jenis Komunikasi

KATA PENGANTAR
          Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Jenis Komunikasi menurut bentuk, teknik, fungsi, tujuan, model, bidang, metode dan sistem”
            Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai komunikasi yang terjadi pada setiap individu. Dimana komunikasi itu sendiri dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi antar individu biasanya sudah merupakan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat sehingga individu mampu beradaptasi dengan baik didalam masyarakat. Didalam makalah ini juga terdapat perbedaan mengenai komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
            Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini.
            Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Kami mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


                       
                                                                                   
Semarang, 4 September 2014




Kelompok 2




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................  i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................  ii
PENDAHULUAN .........................................................................................................  iii
ISI .......................................................................................................................................
1.      Jenis – jenis komunikasi .................................................................................. 1
2.      Tujuan Komunikasi Antar Pribadi................................................................... 1
3.      Bentuk Komunikasi Antar Pribadi.................................................................. 1
a.       Komunikasi Verbal ................................................................................... 1
b.      Komunikasi Nonverbal ............................................................................. 1
4.      Komunikasi Menurut Modelnya ..................................................................... 1
5.      Komunikasi Menurut Fungsinya .................................................................... 2
6.      Komunikasi Menurut Tekniknya .................................................................... 2
7.      Komunikasi Menurut Bidangnya ................................................................... 2
8.      Komunikasi Menurut Sistemnya .................................................................... 2
PENUTUP ....................................................................................................................... iv
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... v











PENDAHULUAN
            Komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu yang lainnya secara otomatis sehingga sering tidak disadari bahwa berkomunikasi itu merupakan hasil belajar. istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “Communicare” yang berarti memberitahukan, berpartisipasi. Apabila dirumuskan secara luas berarti bahwa komunikasi mengandung pengertian memberitahukan atau menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai, dan pikiran dengan maksud agar menggugah partisipasi dan selanjutnya orang yang diberitahukan tersebut menjadi milik bersama.
            Didalam komunikasi juga terdapat komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik. Istilah tersebut menjelaskan adanya komunikasi dan proses saling mempengaruhi antara komunikator ( pemberi informasi ) dan komunikan ( penerima informasi ). Didalam komunikasi dua arah ini, informasi yang disampaikan oleh komunikator berubah menjadi sesuatu yang baru karena peran aktif komunikan sehingga mencapai konsensus apabila sepaham dan menjadi konflik apabila tidak sepaham.
            Manusia melakukan komunikasi untuk memenuhi berbagai kebutuhannya antara lain kebutuhan untuk dihargai, diterima, disayangi, maupun kebutuhan lainnya. Melalui komunikasi individu dapat terpenuhi hakekatnya sebagai manusia. Individu akan kehilangan hakekatnya sebagai manusia apabila dijauhkan dari kegiatan komunikasi. Keinginan untuk berkomunikasi tentunya dimiliki oleh setiap individu dan merupakan naluri bahwa dirinya hidup berkelompok dengan manusia lain. Komunikasi dijadikan proses interaksi untuk saling mengenal satu sama lain dan sebagai alat beradaptasi didalam suatu kelompok.
            Sesuai pengertian diatas komunikasi dikenal dengan pengertian komunikasi langsung dan komunkasi tidak langsung. Komunikasi langsung adalah tanpa menggunakan alat atau media. Komunikasi tidak langsung adalah komunikasi yang menggunakan media atau alat sebagai perantara. Komunikasi langsung biasa dikenal dengan komunikasi tatap  muka.
            Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari – hari yang sangat kita butuhkan, tanpa adanya komunikasi kita tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri. Manfaat dari komunikasi sangat banyak antara lain :
1.      Komunikasi membantu kita dalam perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan sejak bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin luasnya ketergantungan pada orang lain.
2.      Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam diri lewat komunikasi dengan orang lain. Selama berkomunikasi dengan orang lain, secara sadar atau tidak kita mengamati, dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan orang lain terhadap kita.
3.      Dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita, dan menguji kebenaran kesan – kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia sekitar kita.

ISI
1.      Jenis – jenis Komunikasi
Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu yang lainnya
secara otomatis sehingga sering tidak disadari bahwa berkomunikasi itu merupakan hasil belajar. Setelah kita tahu apa pengertian dari komunikasi, kita memahami tentang komunikasi antar pribadi. Sebelumnya kita tahu apa yang dimaksud dengan pribadi. Beberapa pakar psikologi berpendapat bahwa pribadi adalah sesuatu yang unik dengan berbagai karakteristik tertentu, antara lain : pribadi merupakan satu kesatuan yang utuh yang terorganisir untuk beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan, pribadi itu dinamis artinya selalu berubah dan berkembang baik karena pengaruh pribadinya sendiri maupun karena faktor dari luar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Komunikasi Antarpribadi adalah komunikasi dimana orang – orang yang terlibat dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai objek yang disamakan dengan benda dan komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertemuan ( encounter ) diantara pribadi – pribadi.

2.      Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Sejalan dengan berkembangnya aliran psikologi maka menjadi inti pokok tujuan
komunikasi antarpribadi adalah utuk mengurangi kemungkinan bahwa kita hanyalah menjadi sasaran dari kekuatan – kekuatan dari luar, dan meningkatkan kemungkinan bahwa kita dapat menggunakan kekuatan diri kita sendiri untuk mempengaruhi lingkungan.
3.      Bentuk Komunikasi
a.       Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata – kata entah lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi verbal terdapat beberapa unsur antara lain :
-          Bahasa
Bahasa merupakan sistem lambang yang memungkinkan orang berbagai makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik.
-          Kata
Kata merupakan arti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan.
b.      Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kata – kata entah lisan maupun tulisan atau sering menggunakan isyarat – isyarat non linguistik untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Dalam penyampaian informasi kepada orang lain biasanya menggunakan gerakan tangan seperti melambaikan tangan, ekspresi muka, penggunaan nada – nada tertentu dalam mengucapkan kata – kata tertentu, menganggukkan kepala atau menggelengkan kepala dan lain sebagainya. Komunikasi nonverbal sering dijumpai dalam kehidupan sehari – hari sehingga kita akan mengartikan atau memperoleh informasi dari komunikasi nonverbal itu sendiri. Dengan demikian kita bisa mengatakan bahwa komunikasi nonverbal itu penting dalam membantu kita berkomunikasi sehari – hari.
4.      Komunikasi menurut modelnya
Model adalah alat konseptual yang menghilangkan detail yang berlebihan dalam struktur atau proses yang ada. Mungkin digambarkan sebagai metode untuk menghilangkan benda atau kekuatan dari dunia nyata dan restrukturisasi mereka dengan cara simbolis yang cocok dengan dunia nyata. Sebuah model adalah representasi dari beberapa subjek penyelidikan.Setiap komunikasi pasti memiliki model dalam penyampaian informasi. Karena komunikasi itu sendiri tidak terlepas dari informasi. Modelnya bisa menggunakan pesan dalam penyampaian informasi tersebut.
5.      Komunikasi menurut fungsinya
Kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan (Thomas M. Scheidel)
6.      Komunikasi menurut tekniknya
Menurut teknik didalam komunikasi ada komunikasi teraupetik. Komunikasi teraupetik digunakan dalam pengobatan penyakit tertentu. Biasanya, penyakit yang berhubungan dengan psikis atau yang memang memerlukan sugesti tertentu. Komunikasi ini bukan sembarangan komunikasi, karena ada tekhnik khusus didalamnya. Komunikasi ini memiliki tekhnik khusus yang diperlukan untuk keberhasilan terapi yang dilakukan melalui komunikasi teraupetik. Ada beberapa tekhnik komunikasi ini yang diketahui untuk keberhasilan komunikasi teraupetik dalam kesembuhan klien/pasien.
7.      Komunikasi menurut bidangnya
Bidang Komunikasi sebagai unsur pelaksana mempunyai tugas pokok merencanakan, membagi tugas, memberi petunjuk, menyedia, mengatur, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan urusan pengembangan dan pengendalian multimedia serta diseminasi informasi.
Ada beberapa fungsi menurut bidangnya, antara lain :
a.       Perencanaan operasional bidang komunikasi
  1. Pembagian tugas penyelenggaraan Bidang Komunikasi meliputi urusan pengembangan dan pengendalian multimedia serta diseminasi informasi
  2. Pemberian petunjuk penyelenggaraan Bidang Komunikasi
  3. Penyeliaan bawahan dalam lingkup bidang tugasnya
  4. Pengaturan penyelenggaraan Bidang Komunikasi
  5. Pemfasilitasian penyelenggaraan  tugas Bidang Komunikasi
  6. Pengendalian dan pengevaluasian pelaksanaan tugas Bidang Komunikasi
  7. Pelaporan pelaksanaan tugas Bidang Komunikasi
  8. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya berdasarkan arahan atasan dalam lingkup bidang tugasnya.
8.      Komunikasi menurut Sistem
Komunikasi terjadi pada diri manusia sehingga sudah merupakan kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan. Peristiwa ini sudah menjadi konsep sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Terdapat faktor-faktor yang bisa menimbulkan persepsi orang tersebut. Hal ini membuat komunikasi diperlukan agar sistem yang terkonsep itu bisa terselesaikan. Sesuai dengan fungsi komunikasi itu sendiri.

PENUTUP
          Jadi setiap individu itu membutuhkan komunikasi untuk dapat berinteraksi dengan individu lainnya. Selain itu berkomunikasi juga dapat menjadikan individu lebih berkembang dan dapat membentuk karakter mereka.
            Kita menyadari bahwa kita tidak bisa lepas dari komunikasi, karena komunikasi merupakan kebutuhan sehari – hari. Setiap individu akan terus berkembang sesuai dengan umur mereka, individu nantinya tidak hanya mengenal kelompok mereka saja tapi setiap individu akan mengenal lebih dari satu kelompok bahkan mereka juga akan terlibat dalam suatu kelompok besar. Sehingga setiap individu membutuhkan komunikasi yang baik agar mampu beradaptasi di kelompok tersebut.
            Berdasarkan jenisnya sendiri komunikasi dapat digolongkan apalagi kita sebagai pelaku komunikasi tersebut. Komunikasi memang dapat dibagi berdasarkan jenis, bentuk, fungsi, maupun teknik namun disisi lain tujuan komunikasi itu sendiri justru sama yakni sebagai penghubung dalam menyampaikan informasi. Tanpa komunikasi tentunya tidak akan terjalin hubungan sesama manusia. Kajian komunikasi tentunya penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

           













DAFTAR PUSTAKA
Sugiyo.2005.Komunikasi Antar Pribadi.UNNES Press.Semarang

file:///D:/PENTINGNYA%20KOMUNIKASI.%20%20..htm

Teori Karir Ginzberg

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir  mencakup rentang waktu yang lebih panjang daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan. Bimbingan karir merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling yang ada di sekolah-sekolah dan juga suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan terhadap individu (siswa/remaja), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja merencankan masa depan dengan bentuk kehidupan yang diharapkan untuk menentukan pilihan dan mengambil suatu keputusan bahwa keputusannya tersebu adalah paling tepat sesuai dengan keadaan dirinya. Istilah karir menunjuk mencakup pada sifat developmental dari pengambilan keputusan sebagai suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Konsep karir mencakup rentang waktu yang lebih panjang daripada pilihan okupasional (occupational choice). Konsep karir menjangkau aktivitas pravokasional seperti pilihan sekolah dan jurusan. 
Di era globalisasi seperti saat ini bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi semua orang khususnya bagi para peserta didik. Contohnya, sering kali para siswa kebingungan dalam  memilih suatu jurusan di SMA, penyebabnya tidak lain karena ia tidak paham betul dengan minat dan potensi yang ia miliki. Selain itu faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan karir. Misalnya, seorang siswa sering merasa dirinya salah dalam memilih suatu jurusan. Hal tersebut disebabkan karena ia ikut – ikutan sama teman- temannya dalam memilih jurusan dan juga bisa karena dorongan dari orang tuanya. Untuk mengetahui bagaimana karir itu terjadi dan bagaimana karir itu berkembang maka diperlukanlah pemahaman terhadap teori karir. Salah satu teor tentang karir adalah Teori  perkembangan Karir Ginzberg. Berdasarkan asumsi terhadap masalah tersebut, jelaslah sudah bahwa bimbingan karir sangatlah diperlukan bagi semua orang agar tidak kebingungan. dalam mengambil keputusan karir. Untuk itulah kami membahas salah satu teori perkembangan karir dari Ginzberg ini, karena kami anggap teori ini sangatlah penting dalam perkembangan karir seseorang.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1         Bagaimana konsep pokok teori perkembangan karir Ginzberg ?
1.2.2         Bagiamana proses pemilihan karir menurut teori perkembangan karir Ginzberg ?
1.2.3         Apa saja unsur – unsur teori perkembangan karir Ginzberg ?
1.2.4     Apa saja implikasi teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling ?

1.3  Tujuan Penulisan
1.3.1        Mengetahui konsep-konsep pokok teori perkembanagan karir Ginzberg.
1.3.2        Mengetahui proses pemilihan karir terjadi menurut teori perkembangan karir Ginzberg.
1.3.3        Mengetahui unsur-unsur teori perkembangan karir Ginzberg.
1.3.4        Mengetahui implikasi teori perkembangan karir Ginzberg dalam bimbingan konseling.



















BAB II
PEMBAHASAN
            2.1       Konsep Teori Ginzberg
            Teori perkembanagn karir (development career choice theory)  Ginzberg merupakan hasil kerjasama suatu tim yang mempelajari tentang pengaruh perkembangan terhadap pemilihan karir. Kelompok ini terdiri dari Eli Ginzberg yang seorang ahli ekonomi, S. Ginzburg yang seorang psikiater, S. Axelrad yang seorang sosiolog, dan J. Herma yang merupakan seorang psikolog. E. Ginzberg, S. Ginzburg, S. Axelrad, dan J. Herma memulai penelitian pada tahun 1951 dengan maksud mengembangkan suatu konsepsi tentang pilihan jabatan sebagai bagian dari suatu studi tentang dunia kerja. Kelompok ini memandang masalah pilihan jabatan dari sudut perkembangan orang muda. Menurut pandangan kelompok Ginzberg ini pilihan jabatan tidak hanya terjadi sekali saja, melainkan mengalami suatu proses perkembangan yang meliputi jangka waktu antara enam sampai lima belas tahun. Teori perkembangan karir (development career choice theory) dari Eli Ginzberg et. al. yang mengatakan bahwa anak dan remaja melewati tiga tahap pemilihan karir:  fantasi, tentative dan relistis  (Ginzberg, 1972 ; Ginzberg dkk., 1951). Saat ditanya “mau jadi apa kalau sudah besar”, anak kecil mungkin menjawab “dokter” “pahlawan”, “guru”, “bintang film”, “bintang olahraga” atau sejumlah pekerjaan lainnya. Pada saat masih kecil, masa depan terkesan dapat memberikan jutaan kesempatan. Ginzberg berargumentasi bahwa hingga usia 11 tahun seorang anak masih dalam tahap fantasi dari pemilihan karir.
 Dari umur 11 hingga 17 tahun, remaja ada dalam tahap tentative dari perkembangan karir, sebuah transisi dari tahap pengambilan keputusan realistis dari  masa dewasa muda. Ginzberg percaya bahwa kemajuan remaja terlihat mulai dari mengevaluasi minat mereka (11 hingga 12 tahun) lalu mengevaluasi kemampuan mereka (13 hingga 14 tahun) sampai mengevaluasi nilai mereka (15 hingga 16 tahun). Pemikiran berubah dari yang kurang subyektif hingga pemilihan karir yang  lebih realistis pada usia 17 dan 18 tahun. Ginzberg menyebut usia 17 dan 18 tahun hingga awal 20-an sebagai tahap realistis dalam pemilihan karir. Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi secara empirik sejumlah sampel yang memiliki kebebasan memilih suatu okupasi. Sampel tersebut terdiri dari laki-laki yang berasal dari kelas menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik, yang tingkat pendidikanya, daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau Katolik, yang tingkat pendidikanya berkisar dari kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan. Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel yang disebutkan.
 Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan okupasional merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia 11 tahun dan berakhir sesudah usia 18 atau awal masa dewasa. Pengambilan keputusan karir berlangsung melalui tiga periode, yaitu fantasi, tentatif, dan realistik.  Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya didasari atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu: proses (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses);  irreversibilitas  (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik);  kompromi  (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang terlibat yaitu minat, kemampuan, dan nilai) dan  optimisasi  yang merupakan penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja).
2.2       Proses Pemilihan Karir
Menurut Ginzberg, Ginzburg,  Axelrad, dan Herna (1951), perkembangan dalam pemilihan pekerjaan mencakup tiga tahapan utama yaitu  fantasy, tentatif, dan  realistik. Dua tahap daripadanya, yaitu masa  tentatif  dan  realistik masing-masing dibagi lagi menjadi beberaa tahap. Masa  tentatif  meliputi empat tahap yaitu minat,  kapasitas, nilai,  dan  transisi. Sedangkan masa  realistik  terdiri dari tahap  eksplorasi, kristalisasi,  dan  spesifikasi.  Pembahasan lebih lengkap mengenai masa-masa pemilihan pekerjaan diuraikan di bawah ini.
        a.Masa fantasy
Masa  ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12 tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan  objektif) mengenai kenyataan yang ada dan hanya berdasarkan pada kesan dan khayalan belaka.
 Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja. Atau dengan kata lain selama periode fantasi, kegiatan bermain secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktivitas tertentu.  Umpamanya anak umur lima tahun ingin menjadi tentara karena kegagahannya atau menjadi dokter karena dokter itu bermobil mewah dan penghasilannya besar dari praktek swasta. Anak seperti ini percaya bahwa ia bisa menjadi apa saja dan ini berdasarkan kesan yang diperolehnya mengenai orang-orang yang bekerja atau keadaan lingkungan
       .b.Masa tentatif
Pada masa tentatif, pilihan karir anak mengalami perkembangan. Mula-mula pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan, dan minat saja tanpa pertimbangan apapun sedangkan faktor-faktor lainnya tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minatnya berubah-ubah maka  anak mulai memikirkan dan bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia memliki kemampuan (kapasitas) melakukan pekerjaan yang dia inginkan, dan apakah pekerjaan itu cocok dengan minatnya. Tahap berikutnya, waktu anak bertambah besar anak. Masa  tentatif  berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah di SMP dan SMA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan  seseorang  mengalami perkembangan.
 Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari:
·         Tahap minat  terjadi pada usia 11-12 tahun.
Individu membuat keputusan yang lebih definitif tentang suka atau tidak suka. Individu cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karier  pun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier,  tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai tahap kapasitas.
·         Tahap kapasitas  yaitu individu  menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang terkait dengan aspirasi vokasional.
Tahap ini berlangsung antara pada usia 13-14 tahun  yakni masa dimana individu mulai  melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya.
·         Tahap nilai  yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang gaya-gaya okupasional.
      Tahap ini berlangsung pada usia 15-16 tahun yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilai-nilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan
·         Tahap transisi berlangsung pada usia 17-18 tahun.
Pada usia ini individu menyadari keputusannya tentang pilihan karir serta tanggung jawab yang menyertai karir tersebut. Individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih. 
c.  Masa realistik
Pada tahap  relistik  anak melakukan eksplorasi dengan memberikan penilaian atas  pengalaman-pengalaman kerjanya dala kaitan dengan tuntutan sebenarnya, sebagai syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau kalau tidak bekerja, untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.   Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupasi terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi)



.
Masa ini pun dibedakan menjadi tiga tahap yaitu :
·                     Tahap eksplorasi
 Yakni tahap dimana individu akan melakukan eksplorasi (menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tahap ini berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi. Pada tahap ini, individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga kemungkinan tetapi pada umumnya masih belum menentu.
·         Tahap kristalisasi
Yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor internal dan  eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan itu. Tahap kristalisasi terjadi saat komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut “pseudo-crystallization”.
·         Tahap spesifikasi
            Yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas, dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan (kompromi) yang matang (determinasi tugas-tugas perkembangan yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang. Tahap spesifikasi terjadi bila individu sudah memilih suatu pekerjaan atau pelatihan profesi untuk karir tertentu.
Kelompok Ginzberg mengakui adanya variasi individual dalam proses pembuatan keputusan karir. Pola individual perkembangan karir yang tidak sesuai dengan sebayanya disebut “menyimpang”. Terdapat dua penyebab utama penyimpangan itu, yaitu:
a.  Keterampilan okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini sering menghasilkan pola karir yang dini pula  yang menyimpang dari perkembangan normal.
b.  Timing untuk tahap perkembangan realistis itu mungkin secara signifikan lebih lambat datangnya sebagai akibat dari variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, berbagai masalah pribadi, dan kekayaan.
2.3 . Unsur-Unsur Teori Ginzberg
Perkembangan karir terikat pada tiga unsur, yaitu  proses, irreversibilitas, dan kompromi (Gibson dan Mitchell, 1995). Dari unsur proses yang berpendapat bahwa pilihan terhadap pekerjaan itu merupakan suatu proses, sedangkan unsur irreversibilitas merujuk pada pernyataan bahwa pilihan pekerjaan itu tidak dapat diubah, dibatalkan, atau dibalikkan. Sedang kompromi menyatakan bahwa pilihan pekerjaan merupakan kompromi dari faktor-faktor yang ada,  antara kepentingan subyek dengan kepentingan nilai, minat, dan kemampuan.  Setelah direvisi pada tahun 1970, proses yang semula berakhir pada awal masa dewasa atau akhir masa remaja, kemudian dirumuskan bahwa tidak demikian halnya tetapi berlangsung terus menerus. Mengenai  irreversibilitas, adanya pembatasan pilihan tidak mesti berarti bahwa pilihan itu bersifat menentukan.
 Apa yang terjadi sebelum orang berumur 20 tahun  mempengaruhi kariernya. Tersedianya kesempatan bisa saja menyebabkan orang berubah dalam pilihan pekerjaannya. Konsep kompromi juga mengalami revisi sebagai hasil temuan-temuan riset. Konsep dasar tentang kompromi tetap, yaitu bahwa dalam pemilihan pekerjaan ada unsur kompromi. Hanya saja, hal itu bukan peristiwa sekali saja. Konsep optimalisasi yang merupakan penyempurnaan teorinya berarti bahwa setiap orang berusaha mencari kecocokan yang paling baik antara minatnya yang terus mengalami perubahan,tujuan-tujuannya, dan keadaan yang juga terus berubah. Kompromi bersifat dinamis dam berlangsung seumur hidup.

2.4. Implikasi Teori Ginzberg dalam Bimbingan Konseling
Berdasarkan atas teori yang dikemukakan oleh Ginzberg, hendaknya dapat dijadikan acuan oleh guru pembimbing dalam memfasilitasi perkembangan siswa di sekolah. Bersumber pada pengorganisasian bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem yang memberikan pelayanan bimbingan karier kepada para peserta didik maka  implikasi teori ini dapat berupa, antara lain:
a. Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih memungkinkan siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan pendidikannya. Layanan seperti ini juga ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal secara seksama arah minat dan kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga sampai pada kemampuan untuk merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang. Informasi karier seperti ini oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan informasi jenis-jenis pekerjaan dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk lain materi layanan informasi karier yang juga  dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan berbagai sumber informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media bimbingan, dan penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239).
b. Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya mengembangkan, membina, dan mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional dan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan pilihan karier tersebut.
c.Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan konseling behavioral yang muatannya berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai mengenai individu, keterampilan yang dimilikinya, minat, keinginan, dan nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat membantu individu dalam mencapai kecocokan dan kepuasakerja. Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan karier  yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastian antara dua pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.
d. Perkembangan karier merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perkembangan orang muda dan pilihan yang menyangkut jabatan di masa depan dan berlangsung selaras dengan perkembangan karier. Kalau proses perkembangan orang muda tidak berjalan sebagaimana mestinya, laju perkembangan karier juga tidak akan berjalan lancar dan banyak pilihan karier akan menunjukkan kekurangan yang berat. Karena itu, bimbingan karier harus direncanakan dan dikelola dengan maksud menunjang perkembangan karier orang muda, sesuai dengan tahap perkembangan diberbagai jenjang pendidikan disekolah. Secara ideal, bimbingan diberikan sebagai bagian integral dari pendidikan karier atau pendidikan jabatan (career education).
e.  Konseling karier yang berlangsung dalam pertemuan pribadi antar konselor dan konseli dan kerap terfokuskan pada permasalahan mengenai pilihan program studi dan/ atau pilihan jabatan, akan berlangsung lebih lancar bilamana orang muda telah disiapkan melaui bimbingan karier secara kelompok untuk menghadapi saat-saat harus dibuat suatu pilihan diantara beberapa alternatif. Persiapan ini meliputi aneka topik bimbingan kelompok seperti pemahaman diri, pengolahan informasi pendidikan (educational information), pengolahan informasi tentang dunia kerja (vocational information), pengolahan informasi pendidikan dan pekerjaan dalam keterpaduan satu sama lain (career information), pendalaman nilai-nilai kehidupan (values) yang terkandung dalam bidang kehidupan bekerja dan memegang jabatan, serta cara yang tepat dalam mengambil suatu keputusan dengan memilih diantar berbagai alternatif (decision  making skills).


















BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Berdasarkan materi yang sudah penulis sampaikan,dapat kami simpulkan bahwa  teori perkembangan karir Ginzberg menyatakan pilihan karir tidak hanya terjadi sekali saja melainkan mengalami suatu proses  perkembangan  yang meliputi jangka waktu tertentu. Sehingga pilihan-pilihan yang dibuat awal proses perkembangan vokasional  berpengaruh terhadap pilihan selanjutnya, dengan demikian suatu keputusan yang diambil dapat ditinjau kembali. Dalam pemilihan karir terdapat  tiga tahapan utama yaitu  fantasy, tentatif, dan realistik. Kekuatan teori ini adalah dengan melewati fase seorang individu secara berangsur-angsur dalam jabatan, dan sifatnya  yang masih sementara sampai orang dewasa dapat membuat pilihan jabatan untuk mendapatkan karirnya. Kelemahannya terletak pada keterkaitan individu pada fase yang dilalui.














DAFTAR PUSTAKA
Dharsana, I Ketut. 2010.  Diktat Konseling Karir dan Problemtik Konseling. Singaraja: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. 
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah.  Jakarata : Departemen